Kisah Hary Darmaja, pemilik toko bahan pakaian seragam.
Awal mula kedatangan Bpk. Hary Darmaja ke Jakarta bekerja di toko material selama beberapa bulan. Hary sempat juga mau membuka restoran kaki lima, tetapi hal ini tidak direstui oleh ibunya karena akan menjalani kehidupan malam. Masa mengganggur merupakan saat terberat yang paling tidak terlupakan olehnya. Hary pun akhirnya bisa bekerja lagi di toko bahan pakaian seragam di pasar Tanah Abang. Setahun kemudian, toko tempatnya bekerja pindah ke penampungan karena pasar Tanah Abang akan dibangun. Di tempat baruny, diakui Hary, sang bos yang baik dan bijaksana banyak memberi bimbingan dan pengarahan kepadanya.
Tahun 1975, berhubung di penampungan jauh dari lokasi grosir, maka sang bos memutuskan untuk pindah. Kios ditawarkan ke Hary seharga Rp 500.000 , dan sebagian bahan pakaian yang ada ditinggal. Hary diberi fasilitas boleh mencicil bahan pakaian seragam oleh sang bos. Hary menerima tawaran tersebut lalu mengajak kakak dan seorang teman untuk bergabung.
"Kiosnya berukuran 2,4 m x 2,8 m. Awalnya agak sepi karena arus pengunjung kurang dengan alasan tempat baru dan lokasinya ada di dalam. Namanya baru bisnis, saya sangat senang, tapi juga tegang. Mikirin sepi, biaya perputaran, dan juga cicilan. Untung si bos dengan bijaksana mengubah sistem pembayaran bahan pakaian, yang tadinya utang menjadi titipan." cerita pria yang tak pernah lepas senyum ini.
Dengan semangat yang tinggi. Hary dan partner membuka kios dari jam 6 pagi hingga jam 6 sore. Modal pas-pasan yang dimiliki Hary cuma sanggup dibelikan bahan kain masing-masing 7,5 yards dan bahan celana masing-masing warna 4,5 meter. "Jika ada pelanggan yang gemuk atau tinggi butuh bahan celana ukuran 1,25 meter, saya buru-buru lari ke tempat bos". kenang suami Ellen Darmaja ini.
Di akhir tahun 1975, Hary beserta partner membuka tambahan kios dengan lokasi di pinggir jalan. Di lokasi ini , arus pengunjungnya cukup ramai sehingga memungkinkan Hary untuk menambah jam kerja.Sejak itulah kios Hary buka dari jam 6 pagi hingga jam 9 malam". Hari Sabtu-Minggu dan bulan puasa kami buka sampai jam 10 malam.".
Dua tahun kemudian, Hary dan partner pindah kembali ke proyek baru Tanah Abang. Tahun 1998, Hary berpisah dengan rekan bisnisnya, lalu pindah ke kawasan Kota Tua bersama teman-teman supplier garmen dan konveksi sampai.
Tahun 1993, Hary mendirikan PT.Sumber Agung Internusa yang terletak di pusat tekstil Jakarta Kota. Kali ini, Hary fokus memasok dan menjual bahan untuk pakaian seragam. "Saya memilih untuk supply bahan baju seragam karena pangsa pasarnya terus meningkat. Baju instansi negeri, swasta, dan anak-anak sekolah, semua perlu diganti secara berkala, peluangnya tetap ada." ujar Hary.
Hary melakukan kerja sama dan seleksi yang ketat dengan pabrik sehingga menghasilkan kualitas bahan yang baik dan stabil. Total ada lima brand dengan berbagai jenis tingkatannya, seperti Ventura, Maryland, Verlando, Venhouston, Coventry. Brand tersebut sangat disukai konsumen karena teksturnya yang sangat cocok untuk daerah tropis seperti di Indonesia dan Asia, yakni tetap nyaman dipakai dan berkesan katun.
Meski terus berkembang, bukan berarti Hary tidak pernah menghadapi maslaah dalam bisnisnya. Ia turut merasakan dampak kirisi moneter 1998, akan tetapi tidak terlalu goyang. "Waktu itu, saya sudah siap menghadapi krisis, apalagi saya mendapat dukungan dari BCA dengan berbagai fasilitas yang sangat membantu kelancaran usaha saya".
Hary tetap mempertahankan lajunya di dunia textil meski lajunya tidak sekencang dahulu. "Sekarang kompetisis semakin ketat, bisa bertahan saja sudah bersyukur. Untuk itulah saya berupaya keras menjaga hubungan dengan pelanggan agar tetap bisa menjalin kerja sama yang baik." tandas Hary.
dikutip dari BCA Prioritas via google.com
Baca juga
Penggunaan seragam pada kantor / instansi apakah bagus?
Makna Baju Seragam
Sejarah Tenunan
Fungsi Seragam Kantor
Tentang Google Sandbox